Bank Sampah di Kemayoran Terus Eksis
Sementara, Din menjadi nasabah bank sampah dengan niat mengajari cucu belajar merawat lingkungan dengan memisahkan sampah organik dan anorganik.
Sekarang, cucunya selalu bersemangat membantu memisahkan sampah untuk disetor ke bank.
“Sambil misahin botol, dia tanya emasnya bisa langsung diambil atau tidak,” kata Din.
Emas yang dia maksud merupakan bagian dari program tabungan emas PT Pegadaian, yang memungkinkan nasabah bank sampah Hijau Selaras Mandiri membuat rekening tabungan emas tanpa biaya administrasi dan titipan.
Program itu ditujukan untuk mendorong masyarakat memisahkan sampah organik dan nonorganik, serta menyetorkannya ke unit pengelolaan dan atau pengolahan sampah.
Demi Lingkungan Bersih
Esti yang juga aktif dalam kelompok tani kelurahan, mengaku tidak terlalu memikirkan untung rugi dalam mengelola bank sampah.
Menurut dia, pengeluaran uang untuk operasi bank sampah umumnya tidak terlalu banyak, kecuali untuk membayar gaji pekerja.
Pengeluaran untuk biaya operasi hanya meningkat menjelang hari raya seperti Idul Fitri, karena banyak nasabah yang menarik uang mereka dari bank sampah.
“Pas menjelang Lebaran banyak yang ambil. Tapi mungkin tahun ini berubah, karena banyak yang nyimpan di tabungan emas,” kata Esti.
Dia juga mengakui, bahwa arus kas bank sampah belum terlalu lancar, antara lain karena penjualan pupuk belum bisa rutin dilakukan.
“Kalau anorganik kita ambil untung hanya sekitar 10 hingga 15 persen,” katanya, merujuk pada keuntungan penjualan sampah anorganik ke pengepul.
Tapi karena banyak organik, memang agak tricky (rumit).
Meski masih beroperasi tanpa untung besar, Esti optimis Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri bisa terus maju dan berkontribusi pada kebaikan lingkungan.