Bank Sampah di Kemayoran Terus Eksis
Kini, bank sampah itu memiliki 116 nasabah, 26 di antaranya dari luar Kemayoran. Meski tidak semuanya aktif, sebagian nasabah secara teratur mengantarkan sampah mereka ke Kelurahan Kebun Kosong.
Simpanan bank sampah selama Januari-Maret 2019 meliputi sampah botol plastik sebanyak 63,5 kilogram, dengan nilai sekitar Rp95.250 dan 1.904 kilogram sampah hayati senilai Rp952.000.
Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri menyalurkan sampah anorganik dari warga ke pengepul, yang akan mengirimnya ke pendaurulang. Sampah organiknya mereka olah sendiri menjadi pupuk.
Pupuk kompos dan lindi (pupuk cair) produksi bank sampah itu dijual, sebagian besar kepada nasabah, termasuk sekolah-sekolah di sekitar Kemayoran yang memiliki kegiatan bercocok tanam.
“Yang beli SD, kadang RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak), kadang juga nasabah sendiri yang senang menanam. Mereka kurangi dari rekeningnya. Itu mengurangi kewajiban saya membayar sampah mereka,” ujar Esti.
Belum Tuntas
Esti mengatakan, masalah pemilahan sampah di daerahnya tidak selesai dengan tumbuhnya kebiasaan warga memisahkan sampah organik dan anorganik.
Kadang, meski warga sudah memisahkan sampah organik dan anorganik, petugas kebersihan yang mengambil sampah mereka mencampurnya kembali di truk sampah.
“Harus selalu dibilangi ini sampah organik, anorganik. Jadi itu memang kebiasaan yang sulit sekali,” kata Esti, yang pada 2015 menerima penghargaan Kalpataru tingkat DKI Jakarta.
Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Pusat sudah beberapa kali mengundang Esti untuk berbicara soal pentingnya memilah sampah kepada warga, para pedagang di pasar dan petugas kebersihan.