Tumpengan, Tradisi Bersyukur yang Masih Lestari di Lamsel
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Tercapai sebuah tujuan kerap disyukuri dengan sejumlah cara. Tumpengan, adalah salah satu cara untuk mengungkapan rasa syukur yang masih dipertahankan oleh masyarakat di pedesaan Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel).
Rasa syukur atas semua berkah dari Tuhan Yang Maha Esa dilakukan dengan menggelar acara syukuran sederhana, dengan sajian berbentuk tumpeng dan bancakan. Wagirin, sesepuh Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, Lamsel menyebut, tradisi tumpengan dan bancakan adalah tradisi baik, sehingga masih tetap dipertahankan warga hingga saat ini.
Tradisi tumpengan dilakukan dengan berdoa bersama, biasa dilakukan setelah sebuah pekerjaan selesai dilakukan. Terutama pekerjaan yang dilakukan dengan gotong royong, seperti urun rembuk pembuatan fasilitas olahraga bola voli yang kali ini dilakukan warga Desa Kelaten.
Wagirin menyebut, segala pemberian Tuhan YME, wajib disyukuri dengan berbagai cara. Termasuk ketika warga selesai membuat fasilitas umum seperti fasilitas olahraga. Tradisi syukuran dengan tumpengan juga masih dipertahankan untuk mengungkapan rasa syukur atas kelahiran, pernikahan, pembuatan rumah baru, serta terselenggaranya sebuah kegiatan atau hajatan.
Tumpengan biasa diikuti dengan tradisi bancakan, atau makan bersama. Tumpeng adalah nasi yang dibentuk kerucut dilengkapi lauk pauk. Tumpeng khas dari Jawa, kerap dibuat karena warga Desa Kelaten sebagian besar berasal dari wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Kami menggelar tradisi tumpengan sebagai bagian warisan leluhur untuk selalu mengungkapkan rasa syukur setelah tercapainya suatu niat serta sebuah pekerjaan agar selalu ingat peran serta sang Pencipta,“ terang Wagirin kepada Cendana News.