Produksi Gula Semut Angkat Nasib Petani Kelapa di Banyumas

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

BANYUMAS – Di tengah hamparan pohon kelapa yang menjanjikan banyak manfaat dan kemakmuran, nasib para penderes justru terus terpuruk. Hasil kerja keras mereka dihargai dengan sangat murah. Padahal, dengan pengolahan yang sedikit lebih rumit, bisa menghasilkan produksi olahan yang mempunyai daya jual mahal, bahkan menembus pasar ekspor.

Arbi Anugrah, warga Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, tergerak untuk mengangkat ekonomi para penderes. Gula semut atau gula kristal yang diproduksi dari nira kelapa sangat laku di pasaran internasional. Bahkan dalam negeri, juga sudah banyak orang-orang yang paham akan manfaat dan mulai mengkonsumsi untuk kesehatan.

“Saya sangat miris saat melihat gula asli Indonesia yang dibuat oleh para petani gula dengan mempertaruhkan nyawa setiap harinya di atas pohon, tetapi mereka hanya menikmati hasil tak seberapa. Sementara hasil kerja keras mereka sebenarnya bisa diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Bahkan bisa menjaungkau pasar ekspor,ʺ tuturnya, Selasa (5/3/2019).

Dilandasi rasa keprihatinan tersebut, Arbi lalu memotori untuk mengolah nira menjadi gula semut. Proses pembuatan hampir sama dengan gula cetak yang selama ini diproduksi petani penderes. Hanya saja alurnya lebih panjang, karena proses pengolahannya harus sampai kadar airnya 0,1 persen.

Setelah mengedukasi para penderes, akhirnya produksi gula semut mulai berjalan. Arbi kemudian mendirikan kelompok tani yang diberi nama Kelompok Tani Gula Kelapa Cikal Mas dan ia didaulat sebagai ketuanya. Setelah produksi  berjalan lancar, dalam perkembangannya muncul ide untuk membuat kemasan lebih menarik dengan nama Legine Gula Semut.

Lihat juga...