Dibayangi Pengurangan Pasokan, Harga Minyak Jatuh Dua Persen
Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago menyebut, Data mengirim pesan kuat ke pasar yang sedang mencari arah. “Saya pikir pasar gelisah, dan ketika mereka mendapatkan data, mereka bereaksi,” tandasnya.
Data menambah kekhawatiran bahwa permintaan sedang menurun secara global. Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan para analis telah tumbuh semakin pesimis terhadap prospek kenaikan harga yang signifikan di tahun ini. Konsumsi bahan bakar global diperkirakan akan turun di tahun ini, karena menghadapi perlambatan ekonomi yang luas. Aktivitas pabrik Cina pada Februari lalu turun untuk bulan ketiga berturut-turut.
Sebuah hasil survei menyebut, ekonomi terbesar kedua dunia itu terus berjuang dengan lemahnya pesanan ekspor. Pelemahan juga dirasakan di seluruh wilayah yang lebih luas. Ekspor Korea Selatan mengalami kontraksi paling cepat dalam hampir tiga tahun pada Februari, karena permintaan dari Cina semakin dingin.
Meskipun demikian, konsumsi bahan bakar, terutama di negara-negara berkembang Asia yang merupakan pendorong utama permintaan minyak global, sejauh ini masih bertahan. Konsumsi diesel India, diperkirakan akan naik ke rekor tahun ini di tengah pertumbuhan ekonomi sekitar tujuh persen.
Penurunan permintaan potensial dapat mengimbangi upaya produsen-produsen untuk mengekang kelebihan pasokan global. Ke-14 anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memproduksi 30,68 juta barel per hari (bph) pada Februari. Di Venezuela, ekspor minyak telah anjlok 40 persen menjadi sekitar 920.000 barel per hari, sejak pemerintah AS menjatuhkan sanksi-sanksi pada industri perminyakan pada 28 Januari.