Sanggar Bumi Gora Lestarikan Budaya NTB di TMII
Editor: Koko Triarko
Masyarakat memberikan semangat kepada raja yang sedang mengalami masalah atau bencana, melalui berbagai persembahan yang diberikannya.
Tradisi ini merupakan sebuah dukungan, penghormatan dan pengabdian masyarakat terhadap raja.”Tari Nguri ini berkisah persembahan pengabdian dan penghormatan masyarakat untuk kesultanan istana,” ujar Tri.
Menurut Tri, selain terdapat nilai historis di dalamnya, tarian ini memiliki berbagai nilai-nilai tentang kehidupan. Seperti kesopanan, keramahan, kelembutan dan bagaimana peran masyarakat terhadap pemimpin untuk menciptakan kesejahteraan bersama.
Selain tari Nguri, mereka juga diajarkan tari Siyer Male dan Dadara Boto. Ada pun tarian khas Bima adalah tari Lenggo.
Latihan tari khas NTB terdiri dari berbagai tingkatan. Untuk tingkat dasar ada dua tarian yang dipelari, yaitu tari Oncer dan Siyer Male.
Tingkat menengah belajar tarian khas Sumbawa dan Bima. Berlanjut latihan tari Lenggo dan Nguri, yang tingkat kesulitannya bertambah.
Kemudian tingkat madya, tarian yang diajarkan, yaitu Dadara Boto. Ada pun tingkat mahir adalah tari Gandrung.
Setiap enam bulan sekali, hasil latihan akan diujikan. Untuk ini sebagai penilaian layak tidaknya mereka naik kelas ke tingkat latihan berikutnya.

“Evaluasi atau ujian setiap enam bulan sekali menginduk ke TMII. Sanggar ini khusus pelatihan tari NTB di Jakarta, dan belum evaluasi mandiri, kami masih ikut ke TMII,” ujarnya.
Tri sangat bangga melihat antusias anak-anak berlatih menari khas NTB di Sanggar Bumi Gora. Anak didiknya, sangat menjiwai setiap gerakan tari yang diajarkan. Bahkan, mereka sangat mencintai tarian ini meskipun bukan berasal dari NTB.