Petani Sayur di Banjarnegara Beralih Tanam Kopi 

Editor: Mahadeva

BANJARNEGARA – Dalam satu tahun terakhir, lebih dari 30 persen petani sayur di Kabupaten Banjarnegara beralih menanam kopi. Hasil budi daya kopi dinilai lebih menjanjikan, dan biaya produksinya juga jauh lebih murah. 

Petani asal Desa Babadan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Tarno. (FOTO : Hermiana E.Effendi)

Salah satu petani asal Desa Babadan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Tarno, mengatakan, dulu Dia menanam cabai, kol dan sayur lainnya. Untuk lahan seluas satu hektare, dalam satu tahun, Dia mendapatkan hasil sekira Rp20 juta hingga Rp30 juta per tahun.

Namun, biaya perawatan tanaman dalam satu tahun mencapai Rp12 juta. “Tanaman sayuran ini dipengaruhi banyak hal, mulai dari musim dan cuaca, harga pasca panen, serta ongkos tenaga. Sebagai petani, kita tidak mempunyai daya tawar sama sekali, semua ditentukan cuaca dan harga pasar,” jelasnya, Senin (11/2/2019).

Mulai 2017, Tarno memilih untuk beralih menanam kopi. Pada saat bersamaan, Kabupaten Banjarnegara juga tengah giat melakukan gerakan menanam kopi. Hasilnya, setiap tahun Tarno bisa meraup hasil panen senilai Rp60 juta hingga Rp70 juta. Biaya produksinya juga tidak terlalu mahal, hanya di kisaran Rp15 juta pertahun. Sehingga, keuntungan yang diperolehnya jauh lebih banyak saat menanam kopi.

Kini pohon kopi milik Tarno, yang semula hanya satu hektare, sudah berkembang menjadi dua hektare. Rata-rata, satu pohon kopi menghasilkan sekira empat hingga lima kilogram biji kopi. Bahkan jika kondisi pohon bagus, panen bisa mencapai 12 kilogram.

Lihat juga...