Petani Jagung di Lamsel Dibayangi Anjloknya Harga Jual
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Jelang puncak panen raya jagung yang akan tiba bulan Maret mendatang di Lampung Selatan, harga jual justru terus mengalami penurunan. Petani pun mengaku resah, terlebih dengan adanya jagung impor yang digunakan sebagai bahan baku pakan ternak.
Udin, salah satu petani jagung di Desa Banjarmasin, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, menyebut dua pekan sebelumnya harga jagung masih bertengger di angka Rp5.800 per kilogram untuk jagung pipilan, atau yang sudah digiling. Harga tersebut masih dialami petani yang menanam jagung pada bulan Oktober hingga November 2018.

Menurutnya, pergerakan harga komoditas jagung terjadi dalam hitungan hari, sejak petani mulai melakukan pemanenan. Bagi sejumlah petani yang melakukan pemanenan awal, masih mendapatkan keuntungan dari harga jagung yang masih tinggi.
Namun, saat ia panen, harga jagung mulai terjun pada angka Rp5.500 hingga akhir bulan Februari mencapai Rp4.700, bahkan Rp3.900 per kilogram.
Mengatasi harga jagung yang terjun bebas, Udin memilih menjual jagung dengan sistem karungan. Sebanyak 300 karung jagung bisa menghasilkan sekitar Rp16 juta, dengan asumsi harga Rp4.000 per kilogram.
Ia menyebut, dengan menjual sistem karungan dengan harga Rp70.000 per karung, dengan jumlah sekitar 200 karung, ia bisa mendapatkan hasil penjualan sekitar Rp14 juta.
“Menjual jagung dengan sistem pipilan atau dijual kiloan jika diperhitungkan masih akan mengeluarkan biaya operasional untuk menyewa alat perontok jagung dan biaya angkut,” terang Udin, saat ditemui Cendana News, Sabtu (23/2/2019).