Usaha Teri Rebus di Lamsel Mulai Beroperasi
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Usaha pembuatan teri rebus di pantai timur Lampung Selatan, mulai beroperasi normal, usai bencana tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) silam.
Priyanto, salah satu pekerja pembuatan teri rebus di Dusun Muara Piluk, Desa Bakauheni, Lamsel, mengatakan, selama dua pekan pascatsunami, banyak nelayan memilih istirahat. Hal ini karena kondisi perairan Selat Sunda didominasi gelombang tinggi dan aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang fluktuatif.

Namun, memasuki pekan kedua bulan Januari, nelayan bagan congkel yang menangkap teri mulai beroperasi. Kondisi tersebut membuat pasokan bahan baku untuk perebusan teri asin terpenuhi.
Rata-rata 80 hingga 100 cekeng atau keranjang per hari. Ikan teri jenis jengki dan teri jenis remacik mulai banyak diperoleh nelayan. Pada kondisi cuaca cerah dengan panas terik, proses penjemuran berlangsung selama satu hari penuh tanpa hambatan.
“Cuaca yang mendukung untuk melaut sekaligus kondisi cuaca untuk proses penjemuran, mempercepat proses pembuatan teri asin kering, kalau terkendala hujan bisa tiga hari baru bisa kering dan kualitas teri rendah,” terang Priyanto, saat ditemui Cendana News, Jumat (18/1/2019).
Meski tidak terdampak langsung oleh bencana tsunami, sebagian nelayan di peisisr pantai timur memilih menengok keluarga yang ada di pesisir pantai barat, yang berhadapan langsung dengan Gunung Anak Krakatau (GAK). Setelah dipastikan keluarga dalam kondisi aman, sebagian nelayan mulai kembali memasok ikan teri basah untuk dijadikan teri kering.