Usaha Teri Rebus di Lamsel Mulai Beroperasi

Editor: Koko Triarko

Menurut Priyanto, pada awal bulan Januari, nelayan dominan mendapatkan ikan teri jenis jengki dan remacik. Teri tersebut sebagian diperoleh dari perairan timur hingga mencapai Labuhan Maringgai, perairan Ketapang.

Nelayan masih enggan melakukan aktivitas melaut di sekitar Gunung Anak Krakatau, meski kondisi cuaca di perairan tersebut mulai stabil. Sebagian ikan teri hasil tangkapan nelayan bagan congkel, didaratkan di tempat pendaratan ikan Muara Piluk, Ketapang dan labuhan Maringgai.

Meski nelayan yang melaut masih terbatas, Priyanto memastikan harga per cekeng teri basah berkisar Rp180.000 hingga Rp200.000, berisi sekitar 15 kilogram.

Selanjutnya, ikan teri basah tersebut akan direbus pada tempat perebusan dengan air garam, dijemur hingga kering sempurna.

Proses selanjutnya, ikan teri yang sudah kering akan disortir dari jenis ikan lain yang kerap tercampur, di antaranya cumi, ikan petek, selar serta sejumlah ikan bukan teri.

Harga ikan teri kering usai penjemuran, kata Priyanto, per kilogram Rp50.000 untuk jenis teri remacik, dan Rp60.000 untuk jenis teri jengki.

Setelah proses sortir, teri kering dikemas dalam kotak karton, masing-masing seberat 12 kilogram, atau satu kardus rata-rata seharga Rp600.000 untuk teri remacik, dan Rp720.000 per kilogram.

Ikan teri yang sudah dikemas selanjutnya dikirim ke pasar wilayah Lampung, dan sebagian lagi dikirim ke pasar di Jakarta dan Banten.

Salah satu nelayan bagan congkel, Hasbulah, menyebut nelayan pesisir timur Lampung tidak terdampak oleh tsunami. Meski ratusan perahu tangkap nelayan dari kecamatan Sidomulyo, Kalianda, Rajabasa dan Bakauheni, mengalami kerusakan, namun nelayan di pantai Timur Ketapang dan sebagian Bakauheni, aman.

Lihat juga...