Sejumlah LSM Soroti Ketersediaan Jagung untuk Pakan Ternak

Ilustrasi Jagung – Foto: Dokumentasi CDN

JAKARTA — Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) menyoroti persoalan terkait dengan ketersediaan jagung, yang sangat esensial dan diperlukan untuk memenuhi pakan ternak di berbagai daerah.

“Permasalahan ketidaktersediaan jagung telah membuat banyak peternak layer dan broiler menderita akibat mahalnya harga pakan dan menurunnya produksi mereka,” kata Direktur Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka), Yeka Hendra Fatika, dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (28/1/2019).

Menurut dia, perlu ada program advokasi yang diawali diskusi publik konsolidasi peternak untuk mengevaluasi berbagai kebijakan yang terkait dengan itu.

Sementara itu, Presidium Agri Watch, Dean Novel, menyatakan data terkait jagung di Indonesia yang tidak jelas mengindikasikan perlunya pembenahan sektor pangan. Novel memaparkan pihaknya juga mempertanyakan mengenai surplus jagung hingga 12,92 juta ton dengan luas panen jagung sekitar 5,3 juta hektare.

“Satu hektare lahan membutuhkan benih jagung rata-rata 20 kilogram, sehingga membutuhkan 106 ribu ton benih. Sementara kapasitas produksi benih nasional tidak pernah melebihi 60 ribu ton. Kekurangannya diambil dari mana,” tanyanya.

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan faktor cuaca yang dinilai sangat esensial dalam rangka meningkatkan produktivitas jagung nasional.

“Contohnya pada tahun 2009/2010, produktivitas jagung nasional turun sebesar 0,45 persen dari periode sebelumnya akibat El Nino. Hal ini pada akhirnya menyebabkan tertundanya musim tanam pertama selama dua bulan,” kata Peneliti CIPS, Assyifa Szami Ilman.

Lihat juga...