Cegah Malaria, Pascatsunami Puskesmas Rajabasa Tebar Abate
Editor: Satmoko Budi Santoso
Sebagai upaya pencegahan, lokasi kolam benur yang sementara tidak terpakai akibat kerusakan fasilitas dilakukan proses pengeringan. Pengeringan disebutnya dilakukan pada kolam yang masih terisi air dalam jumlah sedikit. Sebagian kolam yang masih berisi air banyak diberi tebaran bubuk abate sesuai dengan ukuran kolam.
Sejumlah tempat usaha hatchery, disebutnya selain untuk pembenihan udang windu sebagian merupakan lokasi pembudidayaan ikan kerapu. Saat melakukan proses berkeliling untuk mencari kolam yang ditinggalkan pemilik, Budi Riyanto menyebut, kondisi kolam benur sebagian belum memasuki masa panen.
Kerusakan akibat tsunami bahkan membuat lokasi pembenihan kerapu dalam kondisi ikan mati menyebabkan aroma busuk pada lokasi kolam.
“Pada sejumlah titik kolam hatchery ada yang seharusnya memasuki tahap panen tapi karena tsunami ditinggalkan pemilik,“ terang Budi Riyanto.
Pada sejumlah kolam pembenihan udang windu, Budi Riyanto menyebut, saat kejadian tsunami sebagian sedang dalam proses panen. Hal tersebut diakuinya terlihat dari bak-bak atau kolam benih udang windu yang siap dikemas.
Salah satu pemilik hatchery di Desa Canti bernama Minak Wardan menyebut, sangat mendukung upaya Puskesmas Rajabasa menebar bubuk abate. Sebab pada bulan Januari di wilayah tersebut memasuki musim penghujan, disamping dampak tsunami merusak kolam pembenihan udang dan kerapu.
Budi Riyanto juga menyebut, pada musim penghujan, upaya sosialisasi kepada masyarakat cegah Malaria dan DBD sudah dilakukan. Kepada masyarakat di wilayah yang tidak terdampak tsunami Puskesmas juga telah melakukan sosialisasi agar masyarakat melakukan kegiatan 3M terdiri dari kegiatan menutup, menguras, dan mengubur objek-objek yang mendukung siklus hidup nyamuk.