“Sebelum aku pergi, ada baiknya memang kuceritakan dulu perihal siapa itu Kiai Bathang…” jawab Ki Gedhe Solo dengan senyum.
Lelaki itu pun mendengarkan dengan tenang. Tentang skandal yang pernah terjadi semasa pemerintahan Sultan Hadiwijaya. Dialah Raden Pabelan, putra abdi dalem Tumenggung Mayang yang terlibat kisah cinta terlarang dengan sekar kedaton Ratu Hemas.
Mereka kepergok tengah melakukan tindakan asusila di taman keputren. Atas perbuatan memalukan itu, Sultan langsung menjatuhkan hukuman mati kepada Raden Pabelan. Lantaran sang Sultan tak menginginkan aib itu tersebar luas, mayat Raden Pabelan pun dihanyutkan di sungai Laweyan.
Entah bagaimana kemudian, saat Ki Gedhe Solo pergi ke sungai yang melintasi desanya, ia justru menemukan mayat itu. Lantaran tak mengenal dan tak mau dibuat repot olehnya, Ki Gedhe Solo memilih mendorong mayat itu ke tengah sungai agar hanyut dan tidak menimbulkan kegaduhan.
Namun keesokan paginya, mayat itu ternyata kembali lagi ke tempat semula. Lantaran masih tak ingin direpotkan oleh mayat tak dikenal itu, lagi-lagi Ki Gedhe Solo mendorong jasad itu ke tengah arus sungai. Kejadian aneh ini berulang hingga tiga kali berturut.
Akhirnya Ki Gedhe Solo pun meminta petunjuk kepada Yang Maha Tahu agar ia diberi petunjuk jalan keluarnya. Melalui mimpi, petunjuk itu pun muncul. Seorang pemuda yang mengaku sebagai mayat malang itu meminta agar jasadnya dikuburkan secara baik-baik di tempat tersebut.
“Oleh Ki Gedhe Solo, mayat tersebut diberi nama Kiai Bathang…” demikian Ki Gedhe Solo mengakhiri ceritanya.
Lelaki itu manggut-manggut mendengarkan.
* * *
LELAKI itu merasa takjub dan lega tatkala sosok yang ia tunggu akhirnya kembali dengan membawa bunga delima putih dan daun lumbu. Petunjuk dalam semadi itu tampaknya sedikit demi sedikit mulai menemukan jalan terang.