Lestarikan Ajaran Mulia Ungkapan Jawa dari Buku Laku Hidup Sejati
Editor: Mahadeva WS
Penyusun menyebutkan bagaimanapun manusia sulit untuk mendapatkan kepuasan mutlak. Tradisi budaya Jawa dan agama mengajarkan, manusia jangan semata mata mengejar kepuasan hidup (hedonisme). Dalam memenuhi keperluan hidup duniawi hendaknya berlaku wajar, secukupnya dan mengetahui batas kebutuhannya.
Pada zaman modern, hidup hedonisme termasuk nafsu, bisa membawa kehancuran manusia termasuk nafsu akan kekuasaan (Hal.17). Ungkapan sekaligus ajaran filosofi Jawa lain diantaranya Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti. Ungkapan tersebut berarti keberanian, kekuatan, kejayaan dan kekuatan yang dapat ditundukkan oleh pangastuti. Keberadaan ilmu dan tekhnologi, perkembangan dunia materi tetapi manusia tidak boleh terhanyut. Keberadaan benda benda tersebut tidak bisa menjadikan manusia diperbudak bahkan harus proporsional dan bertindak terukur (Hal.45).
Pada bab terakhir, penyusun buku memilih ungkapan Memayu Hayuning Bawana, salah satu ungkapan yang bermakna manusia hidup di dunia mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan. Konsep hidup manusia yang digali dari budaya Jawa tersebut, berkaitan erat dengan konsep hidup ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Sifat tamak yang ada pada manusia, harus ditaklukkan melalui pendekatan dengan sang pencipta. Kehidupan yang harmonis antara manusia dengan manusia, dengan alam serta sang pencipta harus seimbang (Hal.48).
Sejak membaca buku pada bab awak hingga akhir, buku Laku Hidup Sejati Dalam Pandangan Jawa, mengajak pembaca untuk mengambil nilai-nilai luhur filosofi Jawa. Sejumlah pandangan hidup tersebut bahkan masih sangat relevan diterapkan dalam kehidupan zaman modern. Buku seharga Rp7.500 pada 2005 tersebut, bahkan seperti tidak terpengaruh oleh waktu, dengan nilai filosofi yang masih relevan pada era milenial ini. Meski tanpa ilustrasi, buku tersebut cukup menarik untuk dibaca sebagai tambahan ilmu filsafat khususnya filosofi Jawa.