LAMPUNG – Sejumlah petani pekebun kelapa di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan, memilih menjual kelapa dalam bentuk butiran.
Hamdan (40), salah satu pekebun kelapa di Desa Taman Baru menyebut, selama kemarau produksi buah kelapa miliknya mengalami penurunan. Saat produksi melimpah, ia memanfaatkan kelapa untuk pembuatan kopra, bahan baku pembuatan minyak goreng.
Pada musim hujan, produksi kelapa miliknya, yang berjumlah 300 pohon, bisa mencapai 30 butir perpohon, bahkan sebagian bisa berproduksi maksimal, hingga 50 butir sekali panen. Saat kemarau, kelapa tua hasil panen dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan santan. Memaksimalkan hasil, selama musim kemarau, panen dilakukan setiap setengah bulan sekali. Kelapa dijual dalam bentuk butir utuh.
“Ketika hasil panen melimpah saya gunakan kelapa yang dipanen untuk pembuatan kopra, karena lebih menguntungkan terutama kelapa ukuran kecil setelah melalui proses penyortiran,” ungkap Hamdan saat ditemui Cendana News, Sabtu (20/10/2018).
Penjualan kelapa dalam bentuk butir lebih menguntungkan, karena selama kemarau harga perbutir kelapa naik. Kelapa berkualitas sedang dijual Rp1.000 perbutir, sementara untuk ukuran beras dijual Rp1.500 perbutir. Dua bulan terakhir kelapa butir dijual Rp2.500 perbutir. Harga naik dipengaruhi kemarau, yang berimbas berkurangnya produksi buah kelapa.
Pembuatan kelapa menjadi kopra membutuhkan waktu dua hingga empat hari. Sebaliknya, penjualan kelapa butir, lebih cepat dilakukan sehingga lebih cepat memperoleh uang. Sekali panen, Hamdan bisa mendapatkan kelapa hingga 2.000 butir. “Petani kelapa harus menyesuaikan penjualan hasil panen jika banyak kelapa ukuran kecil kerap dijadikan kopra,” terang Hamdan.