Di Palu, Titiek Soeharto Beri Semangat Warga Balaroa

Editor: Mahadeva WS

Mulis, salah satu warga yang rumahnya terdampak likuefaksi menyebut, saat kejadian Dirinya tengah melakukan salat Maghrib di masjid. Pada saat itu, Mulis berpegangan pada kabel listrik, sehingga tidak ikut terseret tanah bergerak sekaligus diputar masuk ke dalam tanah. “Saya mengisahkan kepada ibu Titiek Soeharto dan kami merasa senang karena mendapat kunjungan sekaligus bantuan yang dibutuhkan warga,” terang Mulis.

Saat mengunjungi Perumnas Balaroa yang porakporanda, Titiek Soeharto sempat melihat langsung tanah yang diratakan dengan alat berat. Dilakukan penimbunan lokasi amblasan dengan kedalaman lebih dari lima meter dengan alat berat.

Salah satu relawan bernama Kentir asal Solo Jawa Tengah berbincang dengan ibu Titiek Soeharto [Foto: Henk Widi]
Kunjungan berlanjut ke posko relawan di Balaroa, yang didirikan oleh Komunitas Relawan Independen (KRI), asal Solo, Jawa Tengah. Posko tersebut menjadi salah satu posko induk yang terkoordinir dengan sejumlah posko lain di wilayah Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi.

Nur Arief, koordinator KRI menyebut, sudah berada di Balaroa sejak dua hari pascagempa, sehingga saat ini sudah genap tiga pekan berada di lokasi bencana. Posko Balaroa yang dikelola oleh KRI, melayani 430 Kepala Keluarga (KK). “Posko yang kami dirikan tidak hanya mengurusi pengungsi dari Balaroa tapi pengungsi dari wilayah Sigi dan Donggala,” beber Nur Arief.

Nur Arief menyebut, selama menjadi relawan bersama sekira 15 orang relawan lain, telah meninggalkan keluarga. Kedatangan Titiek Soeharto diakuinya, ikut menyemangati relawan, sekaligus menambah jumlah bantuan yang dibawa. Pekerjaan relawan selain, membuat dapur umum, juga melakukan proses mengemas paket-paket bantuan untuk warga.

Lihat juga...