Luky Riyanto: Pak Harto, Seorang Ayah Berhati Mulia

Editor: Mahadeva WS

Mantan Kameramen TVRI, Luky Riyanto. Foto : Sri Sugiarti.

Melihat Pak Harto marah, semua Paspampres berlari mendekat ke Ibu Tien Soeharto untuk memperbaiki sepeda tersebut. Namun kata Luky, oleh Pak Harto, mereka itu malah dimarahi. “Ehhhh…., masalah begini saja semua pada turun,” ujar Luky meniru ucapan Pak Harto.

Menurut Luky, sikap Pak Harto meskipun sedang marah masih tetap bijaksana, bisa menahan emosi, tidak menggelora. Usai peristiwa itu pun, senyum khasnya tetap ditebar kepada semuanya. Itulah kenangan terindah Luky selama meliput kegiatan Presiden Soeharto. Namun menurutnya, masih banyak kenangan lagi dari sikap Pak Harto yang tidak diketahui masyarakat.

Termasuk, manakala Dirinya dan media lain meliput di Bina Ghara, Pak Harto selalu menyapa awak media dengan ramah. “Gimana kabarnya mas, sehat, tadi dijalan macet ndak, hujan ndak? Itu hal kecil yang selalu beliau tanyakan kepada saya dan teman lainnya. Ketulusan Pak Harto memang tidak ada duanya, saya merasakan perhatian seorang ayah,” ucapnya.

Ikatan batin yang dirasakan Luky adalah ketika meliput di Istana Negara, saat Pak Harto menerima tamu negara. Di saat, Pak Harto dan tamunya berbincang santai, Luky leluasa mengabadikan momen tersebut dengan kameranya. Namun ketika saatnya tiba membahas hal penting, maka Pak Harto dengan isyarat tubuhnya pertanda jangan diabadikan. Luky pun bergegas memilih keluar ruangan.

“Saya tahu persis isyarat dari Pak Harto. Kalau beliau belum memberi isyarat, berarti saya masih boleh mengambil gambar. Tapi kalau beliau memberi tanda mengangguk, itu tandanya sudah tidak boleh. Saya pun balas menganggukkan kepala, dan Pak Harto membalas senyum ke saya. Jadi ada ikatan batin, ini kenangan,” ungkapnya.

Lihat juga...