Petambak Vannamei Dambakan Listrik
Editor: Mahadeva WS
LAMPUNG – Petambak udang putih (vannamei), di Kecamatan Sragi dan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, mendambakan fasilitas jaringan listrik. Listrik dibutuhkan untuk menjalankan sejumlah fasilitas usaha tambak tersebut.
Widodo (40), Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), Harapan Maju menyebut, listrik dari PLN sangat dibutuhkan petambak. Aliran listrik dibutuhkan untuk proses sirkulasi air di lahan tambak. Dari 100 hektare lahan tambak milik anggota kelompok, sebagian masih dikelola secara tradisional. Proses sirkulasi untuk menjaga kestabilan air tambak dilakukan dengan sistem kincir.
Kincir digerakan dengan mesin diesel berbahan bakar solar. Imbasnya warga harus mengeluarkan biaya ekstra, untuk membeli solar. Selain untuk menjaga sirkulasi air, mesin diesel digunakan untuk memompa air, dari saluran kanal terhubung dengan Sungai Way Sekampung.
“Mesin diesel untuk sirkulasi air juga kami gunakan untuk menggerakkan aerator untuk pasokan oksigen agar suhu udara air tambak stabil karena udang sangat sensitif terhadap suhu,” terang Widodo saat ditemui Cendana News, Minggu (26/8/2018).
Widodo menyebut, anggota Pokdakan Harapan Maju rata-rata memiliki lahan tambak dua hingga sepuluh hektare perorang. Satu hektare lahan tambak, dijadikan dua petak tambak, untuk membudidayakan udang vannamei dan bandeng secara tradisional. Sistem budidaya semi intensif, dilakukan oleh petambak tradisional karena pasokan listrik dari PLN masih terbatas.
Rata-rata, petambak menggunakan mesin diesel untuk menyedot air dan sirkulasi tambak. Biaya operasionalnya mencapai Rp200.000 hingga Rp300.000 perhari. Untuk efisiensi bahan bakar untuk sirkulasi air, tambak pemeliharaan bandeng kerap dilakukan sebagai tumpang sari budidaya udang vannamei. Bandeng memiliki peranan mengatur pergerakan air, karena memiliki pola kebiasaan memutari tambak yang dibuat lebih dalam pada bagian tepinya.