Harga Jual Kembang Kol di Kulon Progo, Meningkat

Editor: Koko Triarko

YOGYAKARTA – Harga jual komoditas sayuran berupa  kembang kol di tingkat petani, diketahui meningkat signifikan, yakni mencapai Rp6.000 per kilogramnya. Harga itu meningkat hampir dua kali lipat dari sebelumnya yang hanya Rp3.500-4.000 per kilogram.
Salah seorang petani di Dusun Dobangsan, Giripeni, Wates, Kulon Progo, Paidi, menyebut, kenaikan harga jual kembang kol di tingkat petani,  disebabkan masa musim panen kembang kol yang telah lewat. Sehingga stok atau ketersediaan kembang kol di pasaran tak lagi melimpah.
“Harga saat ini sangat bagus. Beda jauh dari sebulan lalu. Karena memang sudah jarang petani yang panen,” ujarnya, Senin (20/08/2018).
Meski harga jual kembang kol di tingkat petani sedang meningkat, namun tak sedikit petani di Kulon Progo justru mengalami gagal panen pada masa tanam kali ini. Termasuk Paidi, yang mengaku tak bisa mendapat hasil maksimal dari panenan kembang kol miliknya.
Dari lahan seluas kurang lebih 200 meter persegi, Paidi hanya mampu menghasilkan panenan kembang kol sebanyak 2,5 kwintal. Jumlah itu jauh menurun dari panenan sebelumnya yang bisa mencapai 7,5 kwintal, lebih.
“Untuk kali ini bisa dibilang gagal panen. Karena kemarin sempat terlambat ditanam, akibat terlalu lama di persemaian,” ungkapnya.
Paidi menyebutkan, untuk satu kepek atau satu pak benih kembang kol, biasanya bisa menghasilkan sekitar 1.800 batang tanaman, dengan hasil panenan mencapai satu ton kembang kol.
Namun akibat kendala yang dialami, satu kepek benih hanya menghasilkan 1/3 atau 1.200 batang tanaman saja.
“Kendala lain itu berupa serangan ulat daun. Jika sudah terkena serangan ulat, hasil produksi bisa turun sampai sepuluh persen,” katanya.
Untuk mengatasi hal tersebut, petani biasanya melakukan penanggulangan dengan menyemprotkan pestisida seminggu sekali. Penyemprotan dilakukan, saat bunga daun mulai tumbuh hingga masa panen berakhir, yakni pada umur 50-65 hari.
Selain menanam kembang kol, para petani di Kulon Progo, biasa menanam komoditas sayuran lainnya dengan sistem tumpangsari di lahan yang sama. Di antaranya, cabai dan kacang tanah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil petani, saat salah satu komoditas mengalami gagal panen.
Lihat juga...