Nelayan Bali Belum Mampu Operasionalkan Kapal Besar

Editor: Koko Triarko

DENPASAR – Produksi ikan, baik ikan air asin dan tawar di Bali, sangat minim. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, produksi ikan laut setiap tahunnya rata-rata hanya sebesar 100 ribu ton. Sedangkan tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan 150 ribu ton setiap tahunnya.
“Selama ini produksi ikan di Bali sampai 100 ribu ton lebih ,dan sebetulnya itu masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat Bali,” ucap Made Gunaja, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Senin, (23/7/2018).
Selama ini, lanjut Gunaja, ketersediaan atau produksi ikan di Bali dibantu atau dipasok dari luar Bali.
Made Gunaja, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali. -Foto: Sultan Anshori.
Ia menyebutkan, pasokan ikan dari luar Bali jumlahnya cukup signifikan, yaitu sekitar 6.000 ton setiap tahunnya. Selain itu, ada pasokan tambahan untuk ikan bahan baku, sebesar 5.000 ribu ton setiap tahun.
Gunaja menjelaskan, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya selain karena faktor alam atau musim, juga dipicu oleh alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan di Bali masih tradisional.
“Artinya, jika pada musim ikan untuk tangkapan ikan-ikan di laut perlu pengembangan teknologi yang harus masyarakat miliki dan kuasai. Termasuk juga bagi para pelaku budi daya ikan air tawar, agar produksi ikan lebih meningkat,” tegas Gunaja.
Ke depan, katanya, kelompok-kelompok nelayan maupun kelompok budi daya air tawar supaya mempelajari teknologi untuk sortasinya. Termasuk jika diperlukan ada penambahan armada kapal.
Gunaja mengaku, pihaknya dalam tempo selama empat tahun sebelumnya sudah memberikan beberapa bantuan kapal kepada para nelayan di Bali. Bantuan armada kapal tersebut sebanyak 11 kapal dengan kapasitas di atas 30 gross ton. Namun karena minimnya pengetahuan, hal tersebut kurang direspon positif dari masyarakat.
Bantuan 11 armada kapal tersebut di antaranya seperti di Badung, Jembrana dan Buleleng. Sudah 4 tahun terakhir ini ada bantuan kapal-kapal besar kepada kelompok-kelompok. Namun, kelompok-kelompok nelayan tersebut belum siap mengelola kapal besar.
“Padahal, dari kami selain memberikan bantuan berupa kapal, kami juga sudah melakukan pembinaan dengan memberikan pelatihan-pelatihan. Tapi masih saja mereka tidak tertarik, dengan alasan biaya mahal, dan di Bali ini sebagian besar masyarakat lebih memilih one day fishing, artinya hari ini berangkat melaut, besok sudah pulang. Jadi, belum bisa mengelola kapal-kapal besar itu. Kebanyakan hanya pengusaha-pengusaha yang bergerak di bidang perikanan tangkap, karena mereka memang ahlinya di sana,” pungkas Gunaja.
Lihat juga...