Komunitas 22 Ibu, Pamerkan Teknik Baru Batik
Editor: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Ibu-ibu yang tergabung dalam Komunitas 22 Ibu itu tampak begitu sangat membanggakan.
Berangkat dari kegelisahan karena membuat batik tradisional yang rumit, mereka kini menemukan teknik baru dalam membuat batik dengan tamarin. Berkat temuan baru itu, mereka melanglang buana ke berbagai negara untuk mengajar hasil temuan barunya itu.
Komunitas 22 Ibu kini memamerkan hasil temuan barunya itu dengan pameran nasional ‘Narasi Mitos & Legenda Indonesia dalam Ekspresi Batik Tamarin’ di Museum Basoeki Abdullah, yang berlangsung dari 27 Juli sampai 10 Agustus 2018.
“Saya diminta teman-teman Komunitas 22 Ibu untuk menjadi kurator dalam pameran ini, “ kata kurator Dr. Nuning Y Damayanti, Dipl Art kepada Cendana News seusai pembukaan pameran nasional ‘Narasi Mitos & Legenda Indonesia dalam Ekspresi Batik Tamarin’ di Museum Basoeki Abdullah Jl. Keuangan Raya No. 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, Jumat (27/7/2018).
Perempuan kelahiran Cianjur, 12 Oktober 1964 itu membeberkan persiapan pameran ini, dimulai dari Museum Basoeki Abdullah yang akan menggulirkan program pendidikan.
“Kita bertemu dan melihat lukisan karya Basoeki Abdullah, lalu kita memikirkan yang bisa memberi kontribusi dalam pameran sekaligus juga untuk pendidikan,” beber pelukis yang juga dosen di ITB ini.
Setelah Nuning dan Komunitas 22 Ibu melihat lukisan karya Basoeki Abdullah, ternyata banyak menampilkan mitos-mitos, seperti Nyi Roro Kidul, Jaka Tarub, Sangkuriang, dan lain-lain.
“Kaitannya adalah mitos-mitos Indonesia hampir tenggelam, kalah dengan mitos-mitos luar negeri seperti Putri Salju. Anak-anak sekarang kalau ditanya tentang Roro Mendut banyak yang tidak tahu. Hal itu yang menjadi salah satu inspirasi kami untuk membuat pameran dengan mengangkat mitos-mitos yang ditampilkan dalam lukisan karya Basoeki Abdullah, dan pihak Museum Basoeki Abdullah setuju jadi digelarlah pameran ini,“ paparnya.