Dimas Alfandi, Kembangkan Seni Batik
Editor: Mahadeva WS
MALANG – Hidup di lingkungan perajin batik, membuat Dimas Alfandi, pemuda asal Pasuruan Jawa Timur, jatuh hati dan tertarik menggeluti kerajinan batik.
Sejak 2015, Dimas, yang merupakan mahasiswa semester tujuh Fakultas Sastra, jurusan Seni Desain, Universitas Negeri Malang (UM), tertarik dengan salah satu warisan budaya asli Indonesia tersebut. Ada ketertarikan tersendiri, ketika melihat sang Ibu, yang berprofesi sebagai perajin batik, telaten membuat motif, termasuk mewarnai, hingga menjadi lembaran kain batik yang Indah.
Ada kepuasan tersendiri, ketika banyak masyarakat, kini bangga mengenakan batik sebagai pakaian. “Dari sana, saya kemudian menyimpulkan, bahwa seni batik sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia,” ujarnya, di sela-sela pameran seni batik di UM, Kamis (20/12/2018).
Dimas menyebut, batik memiliki banyak motif yang unik. Hampir setiap daerah di Indonesia, memiliki motif batik sendiri-sendiri. Motif disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing. Motif batik yang diciptakan, sering mencirikan salah satu yang khas di daerah tersebut. “Ada yang mengangkat potensi wisatanya, pertaniannya hingga potensi lautnya,” terangnya.
Keunikan lain seni membatik adalah, teknik yang digunakan untuk menghasilkan kain batik yang menarik. Selain mencanting, teknik pewarnaan yang kerap dilakukan adalah, cap, celup ikat atau jumputan, printing, dan teknik colet. “Kalau saya sendiri cenderung menggunakan tekni canting dan colet tanpa sketsa,” ungkapnya.
Saat ini, seni batik tidak hanya pada motif pakaian. Bisa diterapkan pada karya kriya dan dekorasi, sehingga lebih menarik dan memiliki nilai jual yang lebih bervariasi. “Untuk harganya sendiri mulai puluhan ribu, ratusan ribu hingga jutaan rupiah,” terangnya.