Cinta Batik Setelah Baca Buku di Museum Belanda
Editor: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Batik adalah warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan bersama. Hal ini disadari Nanang Sharna yang cinta pada batik justru setelah membaca buku tentang filosofi batik di Museum Belanda.
Nanang termasuk salah seorang yang gencar mempromosikan batik dan pewarna alami. Keberuntungan koleksi batiknya pernah diborong Nelson Mandela yang membuatnya semakin cinta pada batik.
“Ketertarikan saya pada batik berawal dari high fashion karena pendidikan saya fashion designer di London lulus tahun 1990,“ kata Nanang Sharna kepada Cendana News di Booth Nanang Sharna, di Pameran Indocraft 2018, Cenderawasih Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (23/11/2018).
Nanang membeberkan pendidikannya, tahun 1993 melanjutkan di Akademi Desain Mode Indonesia (ADMI) yang sekarang sudah berubah menjadi Akademi Seni Rupa dan Desain “ISWI”.
“Kampusnya sekarang jadi tempat dibangunnya Grand Indonesia,“ bebernya.
Nanang mengunjungi museum Belanda dimana terdapat Indonesian Heritage, warisan nenek moyang Indonesia.

“Itu yang membuat saya terpanggil dari high fashion ke tradisional dengan menekuni batik, “ ungkapnya.
Dari kunjungan itu, Nanang membaca sebuah buku tentang filosofi batik yang membuat dirinya tertarik dan langsung cinta pada batik.
“Setiap orang yang membatik itu penuh filosofi dan makna untuk keharmonisan. Tidak ada batik yang meninggalkan limbah yang mencemari lingkungan, tanah pekarangan, atau air di sungai,” ungkapnya.
Pada tahun 1991, lanjut Nanang, ia masih kuliah di ADMI, dimana ada event OPEC.