Kinerja Fundamental Ekonomi Pengaruhi Pelemahan Rupiah
Editor: Mahadeva WS
Ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak dan bahan-bahan baku untuk industri, sudah sangat masif. Dari impor minyak atau beras saja, sudah ratusan miliar dolar yang dihabiskan negara dalam hitungan hari. “Impor yang masif pasti akan menguras devisa. Jadi kalau kinerja eskpor kita tidak bisa mandiri akan selalu rentan digoyang sentimen asing,” ungkap staf pengajar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) tersebut.
Padahal Indonesia termasuk negara besar dengan penduduk hampir 300 juta jiwa. Sehingga seharusnya memiliki strategi kemandirian nasional untuk stabilitas nilai tukar. Kalau Indonesia tidak mandiri dan banyak ketergantungan, nilai rupiah otomatis akan mudah terpengaruh kondisi ekonomi global.
Untuk mewujudkan kemandiran Indonesia harus mengejar ekspor. Salah satunya dengan menggunakan keunggulan komparatif untuk melakukan ekspor sebanyak-banyaknya, sehingga nanti kebutuhan impor itu bisa tertutup. Hal tersebut seperti yang dilakukan Korea dan Jepang dengan strategi komparatif. Impor mereka besar tapi ekspor yang dilakukan juga lebih besar lagi. “Nah, kita ini nggak jelas impor besar, ekspor nggak ada arahnya. Puluhan tahun ekspor kita hanya seputar komoditas. Ini kan menyedihkan,” tukasnya.
Strategi industrilisasi Indonesia tidak kelihatan mau dibawa kemana arahnya. Kemandiran ekonomi membutuhkan proses jangka panjang dan tidak mungkin cepat terwujud. Namun langkah-langkah strategis harus diterapkan dari sekarang. Salah satunya, trasformasi industri harus dilakukan dengan arus teknologi secara sistematis.
“Kalau tidak, kita akan begini terus. Rentan perekonomian kita, rupiah tergerus terus,” pungkasnya.