Diskusi di ILEW Menyoal Tenaga Kerja Asing di Tanah Air
Editor: Koko Triarko
Pertanyaannya kemudian, mengapa membangun infrastuktur, padahal duitnya cekak. Sementara, APBN sedang terbatas. Menurut Ferry, Gerindra sudah berkali ingatkan pemerintah, kalau mau membangun infrastruktur adalah infrastruktur yang menjadi prioritas. Tidak infrastruktur yang apalagi dikaitkan dengan pencitraan.
“Kita ingatkan ada keterbatasan anggaran, namun nekad, (pembangunan infrastruktur) jalan terus. Dan, akhirnya dievaluasi dan dihentikan,” sebutnya.
Infrastruktur di zaman Jokowi, menurut Ferry, adalah infrastruktur yang dipentingkan dibangun untuk memberi kemudahan para investor. Lalu, bagaimana mungkin seorang presiden tega mengeluarkan peraturan yang ketika pertumbuhan ekonomi negaranya dari tahun 2014 sampai sekarang tidak naik-naik, rata-rata 5 persen.
“Tidak seperti yang Jokowi bilang meroket itu,” ujar Ferry sembari menirukan ucapan dan gestur Jokowi yang begitu optimis atas pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meroket.
Ferry menjelaskan, kondisi saat ini daya beli masyarakat menurun, harga-harga naik, rupiah melemah sudah di angka Rp.14.800. “Situasi dalam negeri sedang tidak menguntungkan, kenapa Presiden Jokowi tidak mengerti dan ada keberpihakan kepada masyarakat, ketika situasi ekonomi masyarakatnya seperti itu?” tanyanya.
Menurut Ferry, angkatan kerja tiap tahun 2,6 juta. Tertampung di lapangan kerja formal sekira 1,1 juta. Ada sisa 1,5 juta setiap tahunnya yang menganggur. Dari beberapa tahun, jika diakumulasi ada puluhan juta orang tidak terserap lapangan pekerjaan. Belum lagi pengangguran setengah terbuka yang bekerja kurang dari 35 jam tiap minggu, sehari 7 jam yang normal. Sekarang orang banyak yang bekerja kurang dari 35 jam tiap minggu.