Diskusi di ILEW Menyoal Tenaga Kerja Asing di Tanah Air
Editor: Koko Triarko
“Di situ kita mengingatkan pemerintah agar tidak terjebak kesulitan negara kepada negara lain. Kemudian kita masuk pada infrastruktur, apa yang terjadi dengan infrastuktur? Infrastruktur yang dibangun ini apa manfaatnnya bagi pemerintah, negara, TKI, jawabnya tidak ada,” tuturnya.
Data BPS menunjukkan, justru ketika infrastruktur giat dibangun di Indonesia, terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja di bidang konstruksi. Seharusnya ketika membangun infrastruktur, penyerapan tenaga kerja Indonesia harusnya naik, ini malah turun. Inilah anomali pertama.
Kedua, Ferry melanjutkan, yang terlibat dalam kegiatan pembangunan infrastruktur itu hanya BUMN. Dan, ketiga bahwa penjajahan terjadi di infrastruktur. Jalan Panarukan-Anyer juga infrastruktur, tapi membangun jalan itu ketika di negeri dijajah supaya aset-aset bisa lebih cepat dibawa ke negeri penjajah.
Maka, kata Ferry, pembangunan infrastruktur modelnya hampir mirip kompeni baru. Membangun pembangkit listrik pakai investasi dari China, pakai tenaganya dari China termasuk yang unskill, buruh kasar pembangkit ada di daerah yang sama. Kemudian juga investasi smelter, pengolahan bahan mineral pembangunan pakai duit China, dan tenaga kerja dari China.
Lalu, untuk menghubungkan bangunan pembangkit listrik ke smelter diperlukan infrastruktur dengan membangun jalan yang mengkolektifikan satu tempat pembangkit, bikin jalannya pakai duit APBN.
“Ini yang menikmati infrastruktur itulah jalannya, tapi kekayaannya jalan infrastruktur itu untuk siapa? Ternyata untuk mempercepat proses mengalirnya sumber daya barang/jasa ke negerinya, China. Itulah pengertian infrastruktur di dalam logika seperti itu,” kata Ferry.