Agung Menggantungkan Hidup di Bambu
Editor: Mahadeva WS
YOGYAKARTA – Siang itu Agung (38) nampak tengah sibuk menganyam bilah-bilah bambu. Satu per satu potongan bambu yang telah tertata, dirajut dengan tali panjang menjadi sebuah untaian.
Setidaknya butuh waktu sehari penuh untuk bisa menyelesaikan sebuah untaian kere bambu berukuran 2×2 meter persegi. Untuk ukuran kere bambu berukuran satu meter persegi, dibutuhkan empat hingga lima batang bambu. “Paling lama memang proses membuat bambu untuk siap dianyam. Harus potong, dibelah, dijemur lalu dibelah dan disisik lagi. Baru bisa dianyam,” ujarnya, Selasa (29/5/2018).
Agung merupakan salah seorang pembuat atau perajin kere berbahan bambu di Desa Sampakan, Pleret, Bantul. Dibantu seorang anaknya setiap hari Agung menekuni pekerjaan tersebut. “Sudah dua tahun saya buat kere dari bambu. Dulunya saya ikut saudara buat kerajinan kere Rumbia. Lalu saya putuskan dirikan usaha sendiri. Tapi dari bahan bambu, bukan Rumbia,” jelasnya.

Lelaki kelahiran Pekalongan, yang besar di Palembang ini mengaku memilih membuat kerajinan kere dari bahan bambu hitam atau pring Wulung karena dianggap lebih kuat dan tahan lama dibanding Rumbia. Selain itu bahan baku bambu juga lebih mudah didapat di Jawa.
Agung mengaku biasa membuat berbagai macam ukuran kere berbahan bambu. Mulai dari ukuran satu meter, dua meter hingga tiga meter. Ukuran kere standar adalah 2×2 meter mampu dibuat dalam sehari dengan memanfaatkan delapan hingga sembilan potong bambu sepanjang sembilan meter.