Penyu Mati di Sambas Dominan Usia Muda
PONTIANAK – Marine Species Conservation Coordinator for WWF Indonesia, Dwi Suprapti, menyatakan, penyu yang ditemukan mati karena keracunan tar aspal di pesisir Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, rata-rata usia muda.
“Total sebanyak 21 ekor penyu mati diduga karena keracunan tar aspal, dan didominasi penyu muda,” kata Dwi Suprapti, di Pontianak, Rabu (11/4/2018).
Ia menjelaskan, penyu-penyu tersebut mati dalam kondisi akut atau mendadak, diduga karena terkontaminasi material yang berwarna aspal, dan penyu itu keracunan yang terjadi pada habitat pakannya.
“Kamis sudah survei melalui udara atau drone, tetapi tidak menemukan sumber pencemaran tar aspal tersebut. Tetapi, sebelumnya kami menemukan gumpalan hitam yang melekat di sampah-smpah seperti botol,” ungkapnya.
Menurut dia, dari hasil pantauan di lapangan, pihaknya banyak menemukan partikel aspal yang melekat di sampah-sampah di pesisir Pantai Paloh.
Sementara itu, tercatat 21 penyu hijau dan sisik mati sepanjang bulan Februari hingga April 2018, yang diduga karena keracunan sejenis tar aspal di kawasan perairan Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar.
Sebelumnya, BKSD Kalbar, mencatat jumlah penyu yang bertelur di kawasan pesisir Pantai Paloh memprihatinkan lantaran berkurang drastis.
Kepala Kantor Seksi Konservasi Wilayah III Singkawang, BKSDA Kalbar, Dani Arief Wahyudi, mengatakan, jumlah penyu baik penyu hijau dan sisik yang bertelur di sepanjang pesisir Pantai Paloh berkurang drastis.
Data BKSDA Kalbar, mencatat jumlah penyu yang naik atau bertelur di Pantai Paloh sepanjang 2015, tercatat 30 ekor, kemudian di 2016 mengalami kenaikan menjadi 120 ekor, dan 2017 sebanyak 140 ekor.