Hari Tari Sedunia, Warisi Tradisi Lestarikan Budaya
OLEH MAKMUN HIDAYAT
JAKARTA — Hari Tari Sedunia (World Dance Day) seakan mengabarkan kepada kita bahwa tari adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Tari bukan sekadar hiburan. Setiap gerakan tari penuh sarat makna serta nilai kehidupan.
Di tempat kita berpijak, di mana para pemudanya dulu telah bersumpah pada 28 Oktober 1928, bertanah air satu, tanah air Indonesia. Maka keaneragaman tari tradisi adalah kekayaan tiada tara kebudayaan Nusantara. Keberadaanya mampu memperkuat dan merekatkan jati diri daerah dalam bingkai ke-Indonesia-an.
Tari menjadi bagian ekspresi seni yang mempresentasikan berbagai macam keadaan di kehidupan di berbagai belahan penjuru Tanah Air. Setidaknya, di setiap provinsi dari 34 provinsi yang ada, pasti ada tari tradisi dan kreasi. Dan, dari jenis-nya akan didapati semakin banyak lagi jika merujuk pada jumlah kabupaten dan kota yang tersebar dalam satu provinsi.
Sekadar contoh, di beberapa daerah terdapat tarian di antaranya tarian selamat datang yang dilenggokkan saat menyambut tamu yang datang ke daerah tersebut. Tari tradisional yang secara khusus mengangkat kebudayaan suatu daerah itu, selain berfungsi sebagai hiburan juga sebagai ucapan selamat datang.
Setiap daerah dipastikan memiliki tarian sendiri lewat ragam, maksud serta tujuan yang berbeda, seperti untuk ritual keagamaan, upacara adat tertentu sampai hiburan. Dengan adanya Hari Tari Sedunia yang ditetapkan pada 29 April, tentu dapat menjadi ruang pengingat kolektif bahwa eksisteni tari harus terus dipelihara.
Dalam satu rentang waktu dirayakan bersama dan serentak penuh sukacita. Pelaku tari, stakeholder kebudayaan, dan penikmat seni larut dalam menyelami makna agung sebuah tari. Hari tari mengingatkan kembali akan keindahan budaya Indonesia melalui ragam tariannya.