Untungkan Petani, Kembangkan Varietas Padi Sistem Tumpangsari

Editor: Satmoko

LAMPUNG – Kerap terkendala kebutuhan air untuk bercocok tanam padi membuat petani di Desa Sukabaru memilih mengembangkan varietas padi dengan tingkat kebutuhan air yang minim.

Agus Purnomo (38) salah satu warga Desa Buring Kecamatan Penengahan mulai mengembangkan varietas padi Sertani (Serikat Tani Indonesia). Ia menyebut bibit padi tersebut diperoleh dari ilmuwan penemu bibit unggul padi Sertani  bernama Profesor Surono Danu di Lampung Tengah.

Awalnya, Agus Purnomo menanam padi varietas Sertani yang diberikan oleh profesor Surono Danu sebanyak 10 kilogram pada tahun 2015 dan dikembangkan pada lahan seluas setengah hektar. Padi Sertani 13 atau cukup dikenal padi Sertani yang ditanam dengan sistem semai tersebut bisa dipanen pada usia 95 hari.

Hasil pengembangan tahap awal jenis padi tersebut memperoleh hasil sebanyak 1 ton gabah kering panen (GKP) pada lahan seperempat hektar. Hasil yang memuaskan membuat Agus, demikian ia dipanggil, mengembangkan padi Sertani bersama petani lain di wilayah tersebut. Ia menyebut, penanganan dengan pemupukan yang baik bisa meningkatkan produksi padi Inpari yang lebih banyak.

“Keunggulan padi varietas Sertani cukup tahan terhadap kondisi tanah dan cuaca di wilayah ini. Bahkan dengan kebutuhan air yang minim saya aliri dari sumur, ketika irigasi kering padi masih bertahan,” terang Agus Purnomo, salah satu petani penanam padi varietas Sertani di Desa Sukabaru Kecamatan Penengahan, saat ditemui Cendana News, Senin (5/3/2018),

Tanaman cabai merah siap panen [Foto: Henk Widi]
Keunggulan lain padi Sertani yang sudah ditanam selama tiga tahun tersebut menurut Agus di antaranya umur tanam yang lebih singkat sekitar 95 hari dari persemaian, sementara padi lain 125-150 hari. Selain itu, jumlah bulir padi pada malai bisa mencapai 300-400 butir, sementara jenis padi lain maksimal hanya menghasilkan 200 butir. Jumlah malai yang berbulir banyak, diakuinya menjadi penentu hasil panen.

Lihat juga...