Untungkan Petani, Kembangkan Varietas Padi Sistem Tumpangsari

Editor: Satmoko

Ketahanan pada cuaca kering bahkan pernah dicobanya saat petani lain memilih tidak menanam padi, ia tetap menanam padi Sertani. Melalui penanganan yang baik, ia menyebut, hasil panen per hektar padi Sertani bisa menghasilkan 10 hingga 14 ton gabah kering. Meski kendala petani di wilayah tersebut diakuinya memiliki lahan terbatas dan kerap dikombinasikan dengan tanaman produktif lain.

Keunggulan padi varietas Sertani hasil temuan profesor Surono Danu, diakui Agus Purnomo, sekaligus menjawab kebutuhan petani yang kerap mengeluh soal kondisi cuaca. Saat musim kemarau dengan kebutuhan air dan cuaca yang tak mendukung untuk menanam padi ia masih bisa menanam padi Sertani. Bahkan dengan mengaplikasikan penanaman padi Sertani bersama dua jenis tanaman lain berupa cabai merah besar dan jagung manis, masih memberi keuntungan ekonomis.

“Saya sudah kembangkan sistem tumpangsari padi Sertani dengan jagung manis, cabai merah selama setahun terakhir, dan hasilnya cukup menguntungkan,” bebernya.

Penanaman tiga jenis tanaman tersebut diakuinya setelah ia melihat potensi yang bisa dikembangkan. Pada lahan guludan dengan mulsa, Agus membudidayakan cabai merah sebanyak 2000 batang di belakang rumahnya, dan merupakan tambahan dari sebanyak 7000 batang cabai merah di lahan kebun. Total panen cabai merah disebutnya mencapai 3 ton dengan harga sekitar Rp30.000 per kilogram.

Pada bagian siring yang berair, padi Sertani ditanam seperti pada lahan sawah dengan sistem pengairan, menggunakan mesin pompa dari sumur saat musim kemarau. Sementara jagung manis ditanam pada tepi tanggul yang bisa dipanen pada usia sekitar 75 hari untuk dijual sebagai jagung rebus. Penanaman tiga jenis tanaman tersebut diatur dengan jarak waktu yang tepat, sehingga proses perawatan bisa dilakukan secara bersamaan.

Lihat juga...