Merugi, Petani Tebu Sleman Mengadu pada Titiek Terkait HET Gula
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
Para petani tebu pun berharap agar pemerintah saat ini dapat mengembalikan kebijakan soal penetapan HET gula sebagaiamana zaman Pak Harto. Dimana harga gula bisa stabil, dengan HET gula ditetapkan secara jelas yakni sebesar 1,5 kali dari harga beras. Dengan begitu petani tebu bisa mengkalkulasikan keuntungan dengan pasti.
“Zaman Pak Harto dulu harga gula bisa stabil. Tapi sekarang kenapa tidak. Kita sudah meminta pada Menteri Perdagangan agar kebijakan ini ditinjau, tapi belum direspon,” katanya.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, mengaku akan berupaya menyampaikan keluhan para petani tersebut ke pemerintah. Ia sendiri mengaku sangat prihatin dengan kondisi saat ini yang jelas tidak memihak pada petani.
“Saya prihatin sekali kita masih kekurangan gula dan harus impor. Mestinya dengan lahan yang sangat luas, kita tidak perlu impor. Saya akan sampaikan persoalan gula ini pada pemerintah. Pasti kita tidak akan membiarkan hal seperti ini terus berlanjut,” katanya.

Titiek sendiri menyebut selain kurangnya koordinasi antarkementerian terkait, data statistik mengenai pangan secara nasional saat ini masih banyak yang belum sinkron. Hal itu mengakibatkan banyak terjadi selisih pendapat soal, perlu atau tidaknya impor dilakukan.
“Mestinya memang antarkementerian harus ada koordinasi, termasuk soal statistik data pangan yang sering berbeda. Dulu kita bisa menyejahterakan petani tebu, sekarang kenapa kita tidak bisa. Mestinya kan lebih mudah. Saya kira ini harus jadi perhatian kita bersama. Jangan memprioritaskan produksi beras saja, tapi gula diabaikan,” katanya.