INDEF: Utang Ditumpuk, Impor Merajala
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
“Tanpa perubahan mendasar, kinerja perdagangan kita bisa kian memburuk,” tukasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, berdasarkan simulasi pada pembangunan model Computable General Equilibrium (CGE), meningkatnya pembiayaan infrastruktur tidak menunjukkan peningkatan produktivitas, baik dalam jangka pendek maupun pada jangka panjang.
Meskipun terdapat sektor yang terkena dampaknya, namun menurut dia, itu pun hanya terjadi pada beberapa sektor-sektor tertentu saja dengan nilai besaran yang tidak signifikan.
Belum meningkatnya produktivitas sektoral ini, terkonfirmasi oleh data pertumbuhan sektoral yang di rilis Badan Pusat Statistik (BPS) 2017. Yaitu, pertumbuhan sektor yang padat tenaga kerja, seperti sektor industri, pertanian dan perdagangan yang justru tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ketiga sektor yang menguasai 68 persen tenaga kerja nasional hanya tumbuh di bawah 5 persen,” jelas dia.
Adapun tambah dia, sektor-sektor yang terkena dampak positif hanya pada sektor yang secara langsung terkait dengan infrastruktur. Seperti baja, semen, perumahan, konstruksi dan jalan. Namun ini pun dengan porsi yang masih cukup kecil.
Sedangkan multiplier effect dari pembangunan infrastruktur terhadap akselerasi pertumbuhan ekonomi ternyata belum terlihat secara signifikan. Percepatan infrastruktur ternyata belum mampu mendorong produktivitas sektoral untuk mengakselerasi ekonomi nasional.
“Tapi anehnya, kondisi tersebut tidak seperti terjadi di China. Yakni, dimana saat awal pembangunan proyek infrastrukur sudah memberikan dampak positif terhadap jumlah output sektor padat karya,” ujar Rizal.