“Kalau kendala secara umum tidak ada. Ya, kalau cuma kehujanan dan kepanasan itu sudah risikonya, Mas. Untuk tidurnya saya memilih masjid atau pom bensin. Dan, setelah dari sini, saya akan menyeberang ke Lombok kemudian lanjut ke arah timur menyusuri Pulau Sumba hingga NTT, sebelum akhirnya menyeberang ke Papua dan begitu seterusnya. Kalau dukungan dari keluarga saya tidak ada. Karena saya baru saja kehilangan istri mengahadap ke Sang Kkhalik”, tutup pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh ini.