Janggal, Petani di Solo pun Beli Beras di Pasar

Editor: Koko Triarko

SOLO — Masih tingginya harga beras di pasaran, membuat Pemkab Karanganyar, Solo, Jawa Tengah, terus berusaha menguak penyebabnya. Di antaranya dengan menyisir keberadaan beras selain yang ada di Bulog sebagai gudang beras milik pemerintah. 

Plt. Kepala Bagian Perekonomian Setda Karanganyar, Timotous Suryadi, menjelaskan, tingginya harga beras di pasar tradisional maupun lainnya bukan karena kelangkaan barang. Sebab, sejauh ini Karanganyar yang menjadi salah satu daerah penghasil beras, stoknya masih cukup banyak untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.

“Kalau dampak kelangkaan beras itu tidak benar. Karena stok beras ada, barang di pasar juga ada. Tapi, ada permintaan beras yang meningkat di pasar,” kata Timotius kepada awak media, Jumat (2/2/2018).

Kabag Perekonomian Setda Karanganyar, Jawa Tengah, Timotius Suryadi. -Foto: Harun Alrosid

Menurut dia, ada fenomena berbeda yang terjadi di tingkat masyarakat akan adanya harga beras yang masih tetap tinggi. Sebab, berdasarkan hasil penelitian di masyarakat, petani yang pada dasarnya panen beras, realitanya juga ikut membeli beras di pasaran.

“Ini yang menyebabkan permintaan juga naik,” lanjutnya.

Menurutnya, petani membeli beras di pasar itu janggal. Sebab, pada umumnya, petani selain menjual hasil panennya, dipastikan menyisakan stok untuk kebutuhan pribadi.

“Apa mungkin persediaan petani sudah banyak yang habis sehingga juga turun di pasar? Inilah yang mengakibatkan harga beras stagnan tinggi,” imbuhnya.

Disebutkan, harga beras di pasaran masih bertahan di angka  yang cukup tinggi, baik beras kualitas medium maupun premier. Untuk beras medium masih bersikukuh di angka Rp12.000 per kilogram, sedangkan untuk beras premier Rp14.000 – 16.000 per kilogramnya.

Lihat juga...