Harga Jual Anjlok, Petani Ubah Pola Tanam dan Panen

Editor: Satmoko

LAMPUNG – Menurunnya harga sejumlah komoditas pertanian yang dijual dalam kondisi tua membuat petani mengubah pola tanam dan panen.

Radiyo (60) menyebut, sejumlah komoditas yang harganya anjlok di antaranya jagung, kacang tanah dan kedelai membuat petani merugi. Ia menyebut, anjloknya harga jual komoditas pertanian tak sebanding dengan biaya operasional pengolahan, perawatan hingga pasca-panen.

Pada penanaman tahap pertama tanaman jagung yang dimilikinya seluas satu hektar, Radiyo menyebut, menjual jagung karungan. Harga jagung karungan disebutnya semula Rp90.000 anjlok menjadi Rp60.000 sementara pitilan dari Rp2.600 menjadi seharga Rp1.600 di tingkat petani. Kacang kedelai semula seharga Rp9.000 per kilogram hanya dijual seharga Rp6.000 per kilogram di tingkat petani.

“Harga tersebut dijual dalam kondisi kering sementara waktu dan biaya operasional yang kita keluarkan cukup besar sehingga secara ekonomis justru rugi, menunggu panen dalam kondisi tua,” terang Radiyo, salah satu petani jagung dan kedelai di Kecamatan Penengahan, saat ditemui Cendana News, Senin (12/2/2018).

Mengantisipasi kerugian lebih besar pada masa tanam awal tahun, Radiyo mengaku, mengubah pola tanam. Selain mengubah pola tanam semula monokultur dengan satu tanaman ia bahkan memilih melakukan sistem tumpangsari dengan tiga jenis tanaman. Selain itu proses pemanenan sengaja dilakukan saat komoditas pertanian dalam kondisi masih muda tanpa harus menunggu tua.

Subiyem memanen kacang tanah untuk dijual sebagai kacang rebus [Foto: Henk Widi]
Tanaman yang ditanam secara polikultur atau tumpangsari, diakui Radiyo, berupa jagung manis, kedelai dan kacang. Tiga jenis tanaman tersebut diakuinya bisa dipanen di bawah usia tiga bulan sehingga menghasilkan uang lebih cepat bahkan memberi keuntungan berlipat. Keuntungan berlipat disebutnya diperoleh dari menjual tebon jagung yang masih hijau kepada peternak sapi.

Lihat juga...