Tanggulangi KLB Difteri, Balikpapan Hadapi Kendala

BALIKPAPAN – Sejak dinyatakan Keadaan Luar Biasa (KLB) Difteri di Kota Balikpapan pada awal tahun 2018, jumlah kasus suspect difteri terus bertambah. Bahkan pada penutup tahun 2017, satu orang dinyatakan positif difteri.

Dalam menanggulangi KLB difteri, Pemerintah Kota Balikpapan mengalami beberapa persoalan. Beberapa kendala yang dihadapi itu di antaranya belum dimiliki laboratorium pemeriksaan kultur difteri, ruang isolasi penyakit menular yang masih minim, dan keterbatasan penyimpanan vaksin di cool storage.

“Seharusnya Kementerian Kesehatan menempatkan laboratorium di Kalimantan. Mungkin di provinsi yang punya kemampuan, tinggal disempurnakan. Ini juga nunggu dari Surabaya membutuhkan waktu,” paparnya di sela menghadiri acara Penanggulangan Difteri yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur di Balikpapan, Selasa (16/1/2018).

Di sisi lain, Anti Difteri Serum (ADS) untuk vaksin Difteri, ternyata pihak produsen Biofarma tidak lagi memproduksi. Sehingga untuk memproduksi kembali butuh waktu 1 tahun.

“Ternyata sudah tidak produksi kalau bikin lagi ternyata satu tahun lagi. Ini menjadi persoalan juga. Padahal kan harus dilakukan vaksinasi ulang terutama di daerah terdeteksi,” keluhnya.

Rizal juga menyebutkan dalam kondisi KLB difteri perlu adanya penambahan ruang isolasi penyakit menular. “Memang masing-masing rumah sakit ada satu, kecuali RSKD ada 6. Dengan kondisi seperti ini ruang isolasi rumah sakit juga ditambah sehingga dapat mengakomodir semua,” sebutnya.

Dalam menyikapi persoalan yang dihadapi tersebut, Rizal mengatakan, masyarakat harus lebih baik lagi untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menghindari kontak langsung pihak yang terkena suspect. Juga melakukan koordinasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan FKUB untuk mengajak masyarakat ikut vaksinasi dalam upaya pencegahan difteri.

Lihat juga...