Revolusi Mental Untuk Kuasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kebijakan pemerintah dalam menyambungkan gagasan atau ide mengenai merevolusi daya saing SDM Dalam Negeri dengan Moratorium beasiswa S-2, S-3 ilmu sosial ke Luar Negeri dapat dilakukan dengan membangun budaya dan kultur dan juga aturan yang mendukung.

Di Indonesia, dosen dibebani dengan tugas Tridarma yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Sementara di perguruan tinggi yang maju seperti Universitas Harvard, dosen fokus dengan bidangnya yakni penelitian. “Di sini dosen tidak fokus. Dosen jika jadi manajerial seperti menjadi dekan, ikaprodi ketika mahasiswanya demo di urus juga, bagaimana mau maju jika satu orang mengurusi banyak hal, pengajar atau dosen tidak fokus dengan bidangnya,” tandasnya.

Jika Indonesia ingin maju, pembenahan mental disebut Aris harus dilakukan. Dibuatkan aturan kebijakan yang mendorong terlahirnya inovasi dan daya serap yang tinggi.  “Saya melihat Pemerintah belum berani focus dalam artian, ambil contoh di Universitas MercuBuana, saya mengelola UMB dengan memiliki 23 jurusan. Tidak mungkin dong orang tua punya anak 23 dan semuanya ingin maju sementara orangtua terbatas kemampuannya atau uangnya. Pada akhirnya saya membuat program studi unggulan tiap fakultas,” jelasnya.

Dengan strategi yang diterapkan, program studi unggulan menjadi lokomotif, sementara program studi yang lainnya di ibaratkan sebagai gerbong. “Jika lokomotifnya jadi tentu image gerbong akan terangkat. Dengan adanya seperti itu pasti ada pro dan kontra, dianggapnya pilih kasih atau anak emas, namun pada akhirnya saya tetap saya lakukan dan terbukti jadi. Di 2016 akreditasi A, dan itu merupakan strategi yang benar yang saya lakukan, jika ditanya UMB itu apa UMB ya bisnis dan komunikasi, kedepannya TI dan Design, itu yang menjadi focus saya,” pungkasnya.

Lihat juga...