Revolusi Mental Untuk Kuasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
JAKARTA – Data indek daya saing terbaru menjelaskan negara dapat dikatakan maju jika telah menguasai ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Indikatornya adalah perbandingan antara jumlah ilmuwan dengan jumlah penduduk.
Rektor Universitas Mercu Buana Ir. Arissetyanto Nugroho, M.M menyebut, di Indonesia saat ini perbandingannya hanya 3.000 ilmuwan per satu juta penduduk. Sementara China memiliki enam kali lipat dari Indonesia yakni hampir empat puluh ribu ilmuwan. “Jadi sangat signifikan kinerja persaingan negara maju dengan keberadaan Indonesia, dan jika Indonesia ingin maju sudah seharusnya indikatornya ke arah sana,” jelas Aris saat membeberkan gagasannya mengenai revolusi daya saing SDM Dalam Negeri dengan Moratorium, beasiswa S-2, S-3 ilmu sosial ke Luar Negeri.
Aris menyebut, pada era Presiden Soeharto proses yang dilakukan sudah benar. Presiden Soeharto menyekolahkan atau mengirimkan banyak ilmuwan dan insinyur ke luar negeri, salah satu contohnya adalah Bapak Habibie. “Ribuan orang mengikuti tes seleksi yang di berikan pemerintah, dari seleksi itulah yang dikirim atau yang diberangkatkan ke luar negeri pada waktu itu kurang lebih berjumlah 2.000 orang,” jelasnya saat ditemui di gedung Granadi, Jum’at (19/01/2018).
Namun sayangnya apa yang telah dilakukan tersebut tidak dilanjutkan. Dan setelah reformasi selesai, banyak dari para ilmuwan dan insinyur yang dikirim pada akhirnya bekerja di luar negeri. Menurut Aris, sekarang ini momentumnya adalah harus ditanam dan dibangun kembali seperti apa yang sudah dilakukan Presiden Soeharto. Jika negara ini ingin maju, tidak ada kata lain harus menguasai ilmu pengetahuan teknologi. Caranya dengan memperbanyak orang-orang yang kuat dengan berfikir.