Prabowo dan Wiranto di Tengah Kemelut Suksesi Reformasi
Perbedaannya, Wiranto adalah Jenderal Senior, sedangkan Prabowo adalah Letnan Jenderal TNI AD junior dan menantu Presiden Soeharto.
Dalam rekam jejaknya, Wiranto merupakan lulusan Akmil tahun 1968, memiliki karier cemerlang menjelang bergulirnya reformasi. Ketika Wiranto menjabat Panglima TNI, gulungan baju dan celana seragam TNI sama persis dengan seragam Marinir TNI AL.
Ketika itu, kita sama sekali tidak menaruh curiga atau perasaan apa pun tentang reformasi. Namun, pada perkembangannya, bentuk seragam TNI tersebut dikembalikan seperti semula, seperti yang kita lihat sekarang ini.
Wiranto memiliki pengalaman berpolitik ketika menjadi Ajudan Presiden Soeharto. Perjalanan karier Wiranto juga diakui sebagai kemampuan pribadi dan kelayakan personel, tanpa ada identitas lain melekat pada dirinya.
Sedangkan sosok Prabowo di lingkungan TNI, telanjur diidentikkan sebagai menantu Presiden Soeharto. Pada masa orde baru, ke mana pun Prabowo pergi, apa pun kegiatannya, orang akan memandang Prabowo sebagai bagian dari Soeharto serta bayang pribadi ayahnya Soemitro yang mendapat gelar begawan Ekonomi Indonesia.
Saat itu, Prabowo adalah menantu yang sangat disayang oleh Pak Harto. Prabowo merupakan pribadi yang bisa dibanggakan, karena diharapkan bisa menjadi generasi penerus kepemimpinan bangsa, kelak, di masa yang akan datang.
Ketika Pak Harto agak kurang berkenan dengan sikap Prabowo, Pak Harto mengingatkan Ayahanda Prabowo untuk memantau dan mengawasi kegiatan anaknya agar tidak dibiarkan sendirian.
Dari berbagai catatan sejarah, perubahan politik selalu melibatkan peran Jenderal. Namun, yang akan saya soroti dari peran Prabowo dan Wiranto, lebih pada peranan positif kedua jenderal tersebut pasca reformasi.