Musim Hujan, Pembuat Gula Merah Kesulitan Bahan Baku
YOGYAKARTA – Para pelaku UKM pembuat gula batok atau gula merah atau dikenal pula gula kelapa di kecamatan Kokap Kulonprogo mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku berupa nira kelapa di puncak musim hujan seperti saat ini. Pasalnya, selain pasokan nira dari penderes berkurang, kualitas nira kelapa yang didapat saat musim hujan juga menurun.
Sarmi, salah seorang pembuat gula batok asal Dusun Tejogan, Hargorejo, Kokap, Kulonprogo mengaku, selama ini mendapat pasokan nira kelapa untuk membuat gula batok dari suaminya sendiri. Kebetulan suaminya merupakan seorang penderes nira kelapa yang telah puluhan tahun mengambil nira kelapa di dusunnya.
Setiap hari hasil nira kelapa yang diperoleh suaminya ia olah menjadi gula batok untuk ia jual kepada para pembuat gula semut. Gula batok atau gula merah memang merupakan bahan baku utama untuk membuat gula semut yang sangat terkenal sebagai produk olahan dari Kokap Kulonprogo.
“Kalau musim hujan seperti ini, penderes tidak bisa setiap hari memanjat pohon kelapa untuk mengambil nira. Karena pohon jadi licin dan sangat beresiko terjatuh. Padahal jika suami tidak dapat nira saya juga tidak bisa membuat gula batok, sehingga tidak punya hasil,” ujarnya.
Jika biasanya dalam sehari ia bisa mengolah sebanyak 10 kilogram nira kelapa, saat musim hujan seperti sekarang jumlahnya pun berkurang hanya sekitar 5-8 kilogram saja. Dari sekitar 10 kilogram nira kelapa ia biasanya hanya mendapatkan sebanyak 3 kilogram gula merah.
Beruntung harga jual gula batok atau gula merah saat ini sedang bagus. Yakni mencapai Rp15-16 ribu per kilogram. Naik sekitar Rp5 ribu dari harga biasanya yang hanya Rp9 ribu. Sehingga dalam sehari ia pun bisa mendapatkan pemasukan Rp45 ribu.