Pompa Air BBG Sokong Pembuat Batu Bata Palas
Sebagai pemilik usaha kecil pembuatan batu bata ia menyebut berusaha menekan biaya produksi seminim mungkin terutama mesin pompa air yang selama ini membutuhkan bahan bakar bensin atau solar tergantung mesin pompanya sehingga biaya operasional tinggi.
Biaya yang bisa ditekan tersebut dialokasikan dalam pembelian bahan bakar mesin molen yang masih mempergunakan bahan bakar solar termasuk pembelian satu truk L 300 berisi tanah yang saat ini harganya mencapai Rp150.000.
Menekan biaya produksi melalui penggunaan mesin pompa berbahan elpiji juga dilakukan dengan pembuatan batu bata sistem manual dengan proses pencetakan dilakukan oleh keluarga tanpa menggunakan mesin berbahan bakar solar.
“Kami harus menekan biaya produksi seefesien mungkin karena harga batu bata sedang anjlok karena permintaan sedang menurun sehingga bisa mengembalikan modal bahkan bisa memperoleh keuntungan untuk terus berproduksi,” beber Edi.
Harga batu bata per seribu buah diakuinya sejak awal 2017 pernah menembus angka Rp330.000 di lokasi tobong (tempat pembakaran). Namun menjelang penghujung tahun harga hanya berkisar Rp260.000 per seribu batu bata akibat faktor semakin berkurangnya para pembuat bangunan rumah akibat Jalan Tol Trans Sumatera.
Salah satu upaya menekan biaya produksi diakuinya dengan penggunaan mesin sedot air lebih hemat, cetak manual hingga proses pembakaran menggunakan limbah sekam padi yang murah dibandingkan kayu.
Perajin batu bata seperti Edi dan warga Tanjungsari lain berharap di pada 2018 harga batu bata bisa kembali naik di atas Rp300.000 per seribu batu bata sehingga menguntungkan usaha kecil tersebut.