Hendrik dari Ponorogo Sukses Budidaya Burung Perci
PONOROGO — Warga Desa Mrican, Kecamatan Jenangan, Hendrik Herunandi sudah menggeluti usaha breeding atau ternak burung perci sejak 2012. Hendrik sapaannya, mengaku usaha ini diambil berawal dari hobi memelihara burung.
Pria yang akrab dipanggil Gendrik ini memilih burung jenis perci atau pleci ini karena kicauannya yang unik bisa menirukan kicauan burung jenis lain. Selain itu banyaknya perlombaan burung perci ini, membuat keinginannya untuk budidaya semakin tak terbendung.
“Tahun 2010 saya sudah pelihara burung perci, tapi baru 2012 mulai budidaya dan dijual,” jelasnya saat ditemui Cendana News, Senin lalu.
Kebanyakan pembeli berminat burung perci yang sudah mahir berkicau, namun tak jarang banyak pula pembeli yang berminat untuk satu pasang perci berumur 20 hari dengan harga jual Rp600 ribu.
Pembeli datang dari seluruh Indonesia, tapi paling banyak daerah Jawa Barat dan Jakarta. Seringkali burung perci dititipkan melalui ekspedisi pengiriman dengan cara lengkap dengan kurungan yang ditutupi kain.
“Paling enak itu musim hujan, anakan burung bisa menetas dengan baik,” ujarnya.
Burung yang memiliki nama latin Zosteropidae ini, tidak bisa serta merta kawin namun harus melewati proses perjodohan. Dengan cara satu jantan dan satu betina dalam satu sangkar.
“Kendala lainnya kalau musim kemarau, hawa panas banyak yang tidak menetas karena cangkang telur jenis perci bisa dibilang tipis,” cakapnya.
Ditanya terkait pakan burungnya, Hendrik menerangkan ia membuat ramuan khusus agar perci tersebut memiliki gizi yang cukup, mudah kawin serta suaranya nyaring. Bahkan yang biasanya perci liar yang berumur dua tahun belum kawin, perci umur delapan bulan miliknya sudah bisa menghasilkan anakan.