Kurnelius Eko Ismadi: Rasisme Perlu di Indonesia

“Kasus di Jakarta ini memang multidimensi, multikultural, multisuku, multiras, tetapi harus ras yang berbasis Indonesia, baik pola pikirnya, baik pemahaman berkebangsaannya, baik spirit kebangsaannya, dan kecintaan, persepsinya tentang Indonesia harus mencerminkan ke-Indonesiaan-nya. Namanya juga DKI Jakarta, kan bagian dari Indonesia, jadi ya semestinya mencerminkan ke-Indonesiaan-nya”, kata Eko.

Eko mencontohkan lagi dengan mengatakan, jika logika berpikir dari ras saja, apakah orang Jawa boleh menjadi gubernur di Sumatera Utara? Kita tahu, katanya, bahwa di sana (Sumut) juga ada orang Jawa yang ada menjadi gubernur dan wakil gubernur. Tetapi, kenyataannya orang tersebut yang sudah memiliki figure, perilaku, kehidupan, dan domisili yang mencerminkan ke-Sumatera Utara-an.

“Makanya, orang tersebut diterima dengan senang hati menjadi gubernur dan wakil gubernur. Berbeda dengan orang yang sekonyong-konyong atau misalnya orang Jawa tiba-tiba mencalonkan menjadi gubernur di Kalimantan Tengah, tentunya orang atau warga Kalteng akan marah. Itulah yang kita sebut ras ke-Indonesia-an”, jelas Eko.

Eko menambahkan lagi, logika dari mana jika presiden dan wakil presiden tidak mencerminkan ke-Indonesia-an dengan alasan intoleran, dengan alasan kebhinnekaan, terus membiarkan ciri-ciri Indonesia hilang. Apakah ini yang disebut toleransi? Apakah itu yang disebut dengan pemahaman ras?

“Jadi, sebagai bangsa Indonesia, mulai sekarang kita berharap jangan lagi takut berbicara ras, jangan di-bully berbicara tentang ras, karena ras ke-Indonesia-an sama dengan kebanggaan terhadap diri, jati diri, identitas diri bangsa Indonesia secara utuh dan kuat,” katanya.

Lihat juga...