Kivlan Zen Kuak Gerakan dan Bahaya Komunis Zaman Kini

Kivlan juga mengaku mendapati patung Aidit di Boyolali yang ditaruh di salah satu wisma, tidak ada yang tahu. Bupati langsung di sekolahkan ke Cina.

“Pengkaderan partai di Cina, ya PDIP, Nasdem, Golkar, ini fakta pengakuan mereka, ngapain ke Cina melakukan pengkaderan, di sini saja cukup,” ungkap Kivlan seraya menambahkan dulu hubungan dengan Cina, dalam aspek ideologi, kemudian kekuasaan. Sekarang ekonomi, ikutlah di dalamnya diktator proletar, sentralistik, tak ada partai lain.

Tidak dulu, tidak sekarang, juga masih terjadi perebutan lahan/aset. Kivlan membandingkan dengan berbagai aksi sepihak PKI/BTI dalam buku ‘Kaum Merah Menjarah’ karya Aminuddin Kasdi, untuk merebut aset-aset terutama tanah.

Kivlan menyebutkan diterbitkankannya Undang-Undang Pokok Agraria dalam rangka tanah-tanah itu untuk dibagi, eks perkebunan Belanda, eks partikelir, tanah kosong ambil alih, tanah pesantren ambil alih. Tapi PKI berusaha untuk merebut tanah-tanah ini dengan cara sepihak, duduki saja dulu.

“Dan sekarang sudah mulai menduduki tanah-tanah, tanah dibagi-bagi langsung dapat sertifikat, tidak tahu juntrungan dapat sertifikat,” ungkap Kivlan.

Menurut Kivlan, banyak eks tanah perkebunan di Pekalongan sudah dibagi, eks perkebunan di Blitar dijarah, eks perkebunan diambil pengusaha pribumi sekarang dijarah.

Di Balik Peristiwa G30S/PKI

Sementara itu, terkait peristiwa G30S, Kivlan menyebutkan pada tahun sekitar 64-65 semua bergerak untuk melawan PKI. Pada tahun 65 Kivlan baru tamat SMA. Kemudian masuk kuliah, sempat di ITB dan Unpad, Bandung, namun kemudian memilih pulang.

“Lalu meletus kejadian di Jakarta. Untung menyampaikan pembentukan Dewan Revolusi dan demisioner kabinet. Kemudian saya jalan ke depan Istana pada 1 Oktober, karena upacara 5 Oktober digelar di Monas,” katanya.

Lihat juga...