Kemelut Partai Golkar, Menuju Munaslub atau Pertahankan Setnov? (2)

Kendati memberikan dukungan kepada Jokowi, dimana komitmen Golkar ini tidak bisa diganggu gugat, tetapi menurut Dedi, tidak berarti lalu menghilangkan kreasi sebagai partai. Golkar juga harus memikirkan atas hilangnya elektabitas dan dukungan yang turun akibat kasus hukum yang menimpa Setya Novanto selaku ketua umum Partai Golkar dan kini diestafetkan kepada Idrus Marham sebagai pelaksana tugas (Plt).

Menurut Dedi, pemimpin baru di Golkar itu banyak untuk dipilih, bahkan kader mengantre. Untuk itu, Golkar harus bisa berkreasi.

“Sistem partai modern sudah tentukan, lalu dari mana kita kini membangun obyektifitas? Rekrutmen anggota dewan mengacu pada survei di Dapil. Jadi yang bekerja sistem, bukan kehendak satu orang. Golkar ini partai modern, partai yang memiliki masa depan, tidak dimiliki orang perorang atau kelompok,” ketus Dedi berapi-api.

Untuk kembali dapat membangun partai politik, kata Dedi, harus membedakan mana administrasi politik kepartaian dan mana logika publik kepartaian. Tinggal pilih, namun yang jelas menurut Dedi yang harus diraih hari ini adalah logika publik.

“DPD I nanti akan menggundang lembaga survei. Apa yang harus dilakukan partai. Publik juga menilai daftar nominasi siapa-siapa yang diminati oleh publik,” usulnya.

Sementara itu, inisiator Gerakan Muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurniawan mengatakan, jajaran DPD I sebetulnya juga melihat situasi politik yang ada dan gelisah. Untuk itu, Doli mengamini adanya perubahan kepemimpinan di tubuh pucuk kepemimpinan Partai Golkar.

“Saya kira ke depan kita membutuhkan perubahan kepemimpinan, di mana kepempinan itu memang bisa membaur bersama, menyerap aspirasi bersama stakeholders lain. Mengedepankan kepentingan partai di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Sehingga ketika ada masalah, yang dihadapai sekarang ini, mengedepankan dan menegakkan role sytem role,” beber Doli.

Lihat juga...