Hendrik dari Ponorogo Sukses Budidaya Burung Perci
“Anakan perci yang saya breeding, umur delapan bulan sudah bisa jadi indukan dan biasanya satu indukan perci maksimal bisa tiga telur sekali menetas,” tuturnya.
Awal memiliki perci, Hendrik mengikuti berbagai lomba, berderetan piala dan piagam ia terima. Terbaru, tahun 2017 ini ia berhasil menyabet juara ketiga di tingkat nasional.
“Tapi saat ini saya memfokuskan diri untuk breeding saja,” tukasnya.
Perci hasil breeding dari Hendrik selalu dipasangi ring atau cincin. Pasalnya, perci hasil breeding dinilai lebih bagua dari segi suara, kesehatan dan warna bulunya bagus.
Menurutnya, perci termasuk jenis burung yang sulit dibudidayakan. Di Ponorogo, hanya Hendrik yang sukses mencari tahu kebiasaan perci dan menerapkannya di rumahnya. Saat ini ia mempunyai 50 lebih ekor burung perci.
“Dulu saya pernah megang murai, pentet dan kacer tapi yang membuat penasaran perci karena sulitnya tadi, untungnya sekarang sudah tahu bagaimana caranya budidaya,” pungkasnya.
