Pengabdian Guru Terpencil, Mencerdaskan Bangsa dalam Keterbatasan
“Usulan terkait akses jalan sudah disampaikan ke pihak pemerintah desa dan kecamatan serta baru akan dibangun tahun depan menunggu anggaran,” beber Kusmalia.
Selain rela menempuh perjalanan jauh dengan akses jalan sulit bahkan kerap merusak kendaraan roda dua dengan ban pecah atau bagian kendaraan tertentu rusak, kondisi bangunan sekolah SDN 2 Kelawi yang berdiri sejak tahun 1986 tersebut juga jauh dari kesan layak.
Kusmalia yang menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN 2 Kelawi tersebut mengaku sudah mengabdi di sekolah terpencil tersebut sejak tahun 1988 dengan fasilitas yang dimiliki dipergunakan untuk sebanyak 6 kelas. Beberapa di antaranya kelas rangkap dengan sekat papan.
Kelas atau rombongan belajar yang saat ini dipergunakan bagi sebanyak 73 siswa diakui Kusmalia di antaranya kelas 5 dan kelas 3 mempergunakan satu ruang dengan sekat papan. Sekaligus kelas 1 dan kelas 2 mempergunakan ruangan dengan sistem bergantian masuk lebih pagi dan siang. Selain kekurangan ruang kelas layaknya tempat pendidikan lain di Lamsel, sekolah tersebut bahkan tak memiliki fasilitas WC dan penampungan air.
“Sangat terbatas sarananya namun dengan semangat pengabdian dan tetap bertahan aktivitas belajar mengajar tetap berjalan normal,” ungkap Kusmalia.
Selain sekat untuk belajar di bagian kelas 4 yang masih dipergunakan untuk belajar, pada beberapa bagian plafon juga terlihat jebol akibat hujan dari genteng yang bocor. Plafon bagian beranda kelas pun sudah jebol. Kekurangan ruang belajar tersebut diakuinya sekaligus keterbatasan guru yang idealnya satu kelas satu guru namun dengan jumlah guru hanya 4 orang beberapa guru terpaksa mengajar rangkap.