Pengabdian Guru Terpencil, Mencerdaskan Bangsa dalam Keterbatasan

Selain kontur perbukitan dan jarak yang jauh, wanita asal Desa Klaten Kecamatan Penengahan tersebut mengaku tidak menggunakan kendaraan akibat medan yang sulit bagi wanita seperti dirinya. Terutama kondisi jalan hanya bisa digunakan sebagai akses jalan pertanian yang terjal. Selain itu keterbatasan ekonomi sebagai tenaga guru yang selama ini hanya sebagai tenaga honorer membuat dirinya tidak memiliki biaya yang cukup untuk membeli kendaraan roda dua.

Meski setiap hari berjalan kaki terkadang saat hujan dan lupa membawa payung dirinya  terpaksa mempergunakan daun pisang sebagai peneduh. Membawa plastik untuk menyimpan buku dan sepatu yang digunakannya sehingga ia juga memilih berjalan kaki mempergunakan kaki telanjang.

“Hingga kini saya masih berangkat dan pulang mengajar dengan berjalan kaki. Meski saat ini banyak warga yang sudah mempergunakan kendaraan roda dua,” terang wanita yang masih gadis tersebut.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh kepala sekolah SDN 2 Kelawi, Kusmalia, yang menyebut Sumarti merupakan salah satu guru kelas yang cukup berdedikasi di sekolah terpencil tersebut. Meski telah mendapat perhatian pemerintah melalui Dinas Pendidikan dengan adanya tambahan dana insentif bagi guru di wilayah terpencil.

Pengabdian guru yang dijalankan oleh Sumarti juga dialami oleh semua guru di SDN 2 Kelawi yang seluruhnya berasal dari wilayah lain. Termasuk Kusmalia dan guru lain yang harus menempuh jarak dari tempat tinggal sekitar 4 kilometer. Kondisi yang jauh tersebut masih dipersulit dengan kondisi akses jalan yang sangat buruk menuju sekolah dengan jalan berbatu dari aspal yang telah mengelupas.

Lihat juga...