Cengkih, Tanaman Reboisasi di Lereng Gunung Rajabasa

Hasan juga menyebut, upaya pemerintah melalui Kementerian Kehutanan ikut memberikan kesejahteraan bagi petani sehingga tidak terjadi perambahan hutan dan lebih fokus pada pengelolaan tanaman perkebunan yang bisa dimanfaatkan buahnya. Dampak dari pengurangan kayu dan pemanfaatan lereng Gunung Rajabasa untuk menanam tanaman jagung serta tanaman lain yang tak menyerap air, membuat petani di bagian bawah kesulitan air. Semenjak ada reboisasi salah satunya dengan tanaman cengkih, sumber air kembali muncul.

Selain sebagai tanaman penangkap air, Hasan menyebut, pada panen puncak yang dilakukan petani sejak akhir September hingga pertengahan Oktober ini, harga komoditas cengkih merangkak naik dari kisaran Rp90.000 per kilogram untuk cengkih basah, Rp100.000 bahkan berpotensi mencapai harga Rp120.000 per kilogram untuk cengkih kering yang telah dijemur. Sepanjang musim ini ia bahkan sudah menjual sebanyak 50 kilogram dengan hasil Rp5 juta seharga Rp100.000 per kilogram. Sementara sebagian cengkih kering masih disimpannya menunggu harga lebih tinggi.

“Selain cengkih saya menanam durian, pinang, jengkol serta tanaman buah lain yang sebagian berbuah tak mengenal musim sekaligus menjadi tanaman rehabilitasi lahan miring dan bermanfaat secara ekonomis,” terang Hasan.

Petani lain, Wardal, warga Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa juga mulai memanen cengkih miliknya yang berusia sekitar lima tahun. Merupakan buah awal setelah ditanam meski dirinya sudah memanen cengkih pada pohon lain yang berusia puluhan tahun. Sebagian pohon cengkih tersebut sudah cukup tinggi sehingga hanya bisa memanen menggunakan tangga.

Lihat juga...